"DITANTANGIN NIKAH SIAPA TAKUT! PREPARE YOUR SELF"

DITANTANGIN NIKAH SIAPA TAKUT! PREPARE YOUR SELF

Klinik Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mempersembahkan WEBINAR dengan tema “Ditantangin nikah siapa takut! Prepare your self” yang dibuka dengan welcome speech oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Ibu Prof. Dr. Hj. Marhumah, M.Pd dan ketua program studi Bimbingan konseling Islam Bapak Slamet, S.Ag., M.Si. kemudian dimoderatori oleh Bapak Zaen Musyrifin, S.Sos.I, M.Pd.I. Pada acara kali ini KKI berkesempatan menghadirkan pemateri 1 Ega Asnatasia Maharani, M.Psi., Psikolog (Psikologi Klinis dan Dosen UAD Yogyakarta) dengan materi “From Me To We” dan pemateri 2 Nur Fitriyani Hardi, M.Psi., Psikolog (Dosen BKI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) dengan materi “Problematika Rumah Tangga”. Acara ini diikuti oleh 226 peserta dari seluruh Indonesia.

Pemateri 1 “FROM ME TO WE”

Oleh Ega Asnatasia Maharani, M.Psi., Psikolog

Apa itu menikah?

Menikah merupakan salah satu proses perkembangan manusia menjadi orang dewasa, oleh karena itu harus dilandasi kesadaran penuh atas kesiapan fisik dan mental dari kedua calon mempelai. Akhir-akhir ini fenomena menikah muda menjadi trend baru dikalangan masyarakat, tidak sedikit dari mereka yang belum memiliki persiapan matang ketika memutuskan untuk menikah. Hal ini selaras dengan tingginya angka perceraian pada pasangan muda di Indonesia, maka dari itu mulai dari sekarang pasangan muda diharapkan sadar bahwa jatuh cinta merupakan keputusan emosional, maka menikah adalah keputusan yang harus dipikirkan secara rasional.

Kesalahan yang Biasa Muncul Sebelum Menikah

Kesalahan yang pertama ketika memutuskan untuk menikah ialah banyak orang akan mematok kriteria untuk mendapatkan pasangan yang bisa ‘menyempurnakan’ hidup, padahal sejatinya justru pernikahanlah yang dapat menyempurnakan hidup karena kerja sama dan komitmen untuk saling melengkapi satu sama lain dan bukan hanya mengandalkan satu pihak. Kesalahan yang kedua adalah memodel hubungan orang lain yang kurang sesuai karakter kita, akibatnya kita sendiri dapat mudah kecewa karena pasangan tidak sesuai dengan ekspektasi yang kita bayangkan. Sebaiknya pasangan yang akan menikah berhenti menjadikan kebahagiaan pasangan lain sebagai tolak ukur kebahagiaannya sendiri karena ukuran kebahagiaan setiap orang itu berbada. Kesalahan ketiga yaitu berpikir bahwa menikah adalah tujuan akhir, banyak pasangan yang berfikir menikah adalah tujuan akhir dari sebuah hubungan, mereka cenderung berfikir bahwa menikah adalah solusi akhir dari permasalahan hidup, padahal permasalahan didalam pernikahan justru lebih kompleks karena menikah bukan hanya persoalan menyatukan dua individu tetapi juga menyatukan dua keluarga.

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan sebelum Menikah

Setiap orang tentunya memiliki kriteria sebagai standar pasangannya. Misalnya kriteria yang penting dan harus sesuai adalah menyangkut agama. Kemudian kriteria penting tetapi tidak harus sesuai adalah pekerjaan dan latar belakang pasangan. Selanjutnya kurang penting tetapi harus sesuai yaitu fisik dan kebiasaan. Contohnya pasangan kita adalah perokok tetapi kita tidak menyukai laki-laki perokok, hal tersebut dapat dibicarakan dengan pasangan. Terakhir adalah tidak harus dan kurang penting adalah asal dan selisih usia. Untuk mengetahui kecocokan dengan pasangan dapat dilihat dari:

  • Emotional intimacy
  • Intellectual intimacy
  • Spiritual intimacy
  • Physical intimacy
  • Experiental intimacy

Pada saat memutuskan untuk menikah setiap pasangan sebaiknya dapat berdiskusi tentang kehidupan pernikahan seperti menyamakan visi yang akan dicapai dalam pernikahan tersebut. Pasangan juga harus memberi tahu ekspektasi-ekpektasi apa yang diinginkan satu sama lain, seperti bayangan ketika bangun pagi membuatkan sarapan untuk suami, mempersiapkan kebutuhan kerja suami, dan lain-lain. Kemudian siap untuk menghadapi masalah dalam pernikahan, dengan mencari jalan keluar yang baik dan tidak merugikan salah satu pihak. Selanjutnya membicarakan pola pengasuhan kepada anak. Seperti dimana rencana anak akan disekolahkan, dll.

Pemateri 2 “PROBLEMATIKA RUMAH TANGGA”

Oleh Nur Fitriyani Hardi , M.Psi, Psikolog

Pernikahan

Pernikahan merupakan suatu peristiwa, dimana sepasang mempelai atau sepasang calon suami-istri dipertemukan secara formal dihadapan penghulu, kemudian terdapat saksi dan sejumlah hadirin, untuk kemudian disahkan secara resmi sebagai suami-istri dengan akad nikah. Didalam pernikahan seorang suami dan istri memutuskan untuk tinggal bersama dan beradaptasi satu sama lain, mereka berasal dari keluarga dimana nilai-niai dan perilaku tertentu diterima dan dipraktikan. Suami dan istri yang baru perlu menciptakan pola perilaku untuk rumah baru mereka dan subsistem perkawinan mereka sendiri.

Problem Rumah Tangga

Setiap rumah tangga tentu memiliki problematika sendiri. Seperti Role Life Changes, perubahan peran dari suami istri menjadi ayah ibu, bagi pasangan yang belum siap mental tentunya ini akan menjadi masalah karena ketidaksiapan menghadapi tanggung jawab dan peran baru. Masalah yang lainnya yaitu campur tangan keluarga besar seperti mertua, orang tua, maupun saudara ipar. Ketika suami istri memiliki masalah hendaknya istri tidak menceritakan masalahnya kepada orang tuanya begitupun dengan suami. Karena hal tersebut dapat menimbulkan salah paham dan masalah yang lebih besar. Kemudian masalah keuangan, masalah keuangan menjadi problem rumah tangga yang paling sering terjadi, untuk meminimalisir problem pengaturan maka suami istri tersebut dapat saling terbuka mengenai keuangannya. Selanjutnya masalah seksualitas, biasanya pasangan enggan membicarakan masalah seksualitas karena merasa hal tersebut merupakan hal tabu. Padahal sebenarnya tidak ada salahnya membicarakan masalah seksualitas dengan pasangan, karena jadi tau ekspektasi dan kepuasan seksual pasangan kita. Dalam rumah tangga juga seringkali terdengar isu-isu adanya orang ketiga, untuk mengantisipasi isu-isu tersebut suami dan istri dapat melakukan intropeksi diri secara berkala dan tidak melakukan sesuatu yang pasangan tidak suka. Mereka juga harus menjaga komunikasi secara terbuka.

Tips pernikahan harmonis

Tips-tips pernikahan harmonis untuk meminimalisir masalah dalam rumah tangga yang pertama komitmen terima kekurangan pasangan kita, karena setiap manusia tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan. Jangan fokus kepada kekurangan pasangan tetapi fokus pada kelebihan kemudian memerima kekurangan. Kedua, jadi rekan yang kompak, artinya suami dan istri harus menjadi mitra untuk menjalankan visi dan misi dalam rumah tangganya, jangan sampai suami istri berjalan masing-masing. Ketiga, terapkan komunikasi yang terbuka, suami istri harus terbuka satu sama lain, jangan terbiasa menyimpan rahasia, karena jika terbiasa menimpan rahasia maka suatu saat berpotensi menjadi masalah. Terakhir, apresiasi pasangan, suami dan istri harus saling mendukung satu sama lain, salah satunya yaitu dengan mengapresiasi hal-hal kecil yang dilakukan pasangan karena ini akan membuat rumah tangga menjadi harmonis.

Demikian rangkuman materi dari Webinar Klinik Konseling Islam kali ini, ditunggu webinar-webinar selanjutnya yaa…

Berita Terkait

Berita Terpopuler