"Webinar Penguatan Keluarga di Masa Pandemi Covid-19"

Webinar Klinik Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
“Penguatan Keluarga di Masa Pandemi Covid-19”
Untuk wali murid TK, SD, SMP/MTs & SMA Sederajat
Rabu, 7 April 2021
Dimasa pandemi seperti ini peran keluarga sangat perlu dioptimalkan sebagai salah satu strategi preventif dalam menghadapi pandemi covid-19. Oleh karena itu dibutuhkan penguatan dalam keluarga baik dalam bidang agama, pendidikan, ekonomi, maupun psikologis.
Penguatan Keluarga dalam Perspektif Agama
(Oleh Shohibul Adhkar, Lc., MH)
- Manusia diciptakan untuk beribadah. Baik bermuamalah kepada Allah maupun bermuamalah kepada sesama manusia.
- Dalam pelaksanaanya, ibadah dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu: pertama, Muqashid syariah artinya ibadah dilakukan untuk menjaga agama, akal, diri, keturunan dan harta. Kedua, Flexibilitas dalam ibadah artinya ibadah dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi individu. Ketiga, “La dharar wa la dhirara” artinya ibadah tidak boleh berbahaya bagi dirinya atau membahayakan orang lain.
- Ibadah kepada sesama manusia dapat dilakukan dengan bentuk:
- Silaturahmi, bersilaturahmi merupakan anjuran agama. Dimasa pandemi seperti ini silaturahmi tetap dapat dilakukan dengan via daring atau luring.
- Bersedekah, bersedekah dapat dilakukan kepada orang yang lebih membutuhkan seperti kepada orang-orang yang terkena dampak pandemi dalam segi ekonominya.
- Merawat jenazah,
- Takziyah
- Tips pola interaksi keluarga di masa pandemi covid 19:
- Sabar dalam meghadapi musibah
- Tetap produktif dengan WFH (Work From Home)
- Membantu kas masjid untuk masyarakat
- Menaati peraturan pemerintah dan ulama
- Menghindari berita hoax
- Menanamkan budaya hidup sehat
Penguatan Keluarga dalam Perspektif Pendidikan
(Oleh Raekha Azka, M. Pd)
- Dalam perkembangannya aspek pendidikan pada anak terbagi dalam 2 (dua) kategori, pertama TK dan SD, kedua SMP dan SMA.
- TK dan SD
- Pada fase ini, penguatan pada anak sangat membutuhkan peran orang tua dalam melatih life skill, modal belajar selanjutnya, dan kedewasaan individu pada anak.
- Anak dikatakan telah memiliki kemandirian dalam belajar ketika ia dapat memilih sendiri untuk belajar, inisiatif dalam belajar, bersungguh-sungguh dalam belajar, terbuka dalam permasalahan belajar, dan percaya diri dengan hasil belajarnya.
- Dalam meningkatkan kemandirian belajar anak, orang tua dapat membuat matriks belajar. Pada tahapannya pertama orang tua dan anak membuat daftar pelajaran sesuai dengan keinginan anak. Kedua orang tua benar-benar mejelaskan dan memberikan penguatan mengenai apa yang dipilih anak dan bagaimana kegiatannya. Ketiga orang tua juga harus mendampingi selama proses belajar anak, serta memantau dan mengevaluasi untuk megetahui hasil belajar anak dan tidak lupa memberikan reward seperlunya kepada anak.
- SMP dan SMA
- Pada fase ini anak sudah dapat menunjukkan kemandirian sehingga ia bisa megambil keputusan sendiri dan sudah bisa merancang kegiatannya sendiri.
- Orang tua berperan sedabagi pendukung kegiatan anak, memberikan fasilitas yang dibutuhkan anak, mengajak berbicara serta memberi tawaran dan bantuan kepada anak.
Penguatan Keluarga dalam Perspektif Ekonomi
(Oleh Riswanti Budi Sekaringsih, M. Sc)
- Dalam perspektif ekonomi keungan mempunyai 3 (tiga) dimensi yaitu pertama, dharuriyat artinya pokok atau penting. Kedua, hajiyat atau kebutuhan sekunder. Ketiga, tahsiniyyat berupa barang perlengkapan atau kebutuhan perlengkapan
- Cara dalam mengatur keungan:
- Mengetahui sumber keungan dalam keluarga
- Menghitung pengeluaran setiap bulannya
- Mempersiapkan dana darurat
- Bijaksana dalam berbelanja dengan memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu, kemudin kebutuhan sekunder dan kebutuhan perlengkapan.
- Jika keluarga mengalami masalah ekonomi maka solusi yang tepat yaitu membuat skala prioritas sehingga megetahui mana kebutuhan yang penting, mengurangi barang yang tidak penting, tambahan jam kerja, mencari pinjaman, menggadaikan barang, dan menjual barang.
Penguatan Keluarga dalam Perspektif Psikologis
(Oleh Citra Widyastuti, M. Psi)
- Tantangan yang dihadapi orang tua dalam mendidik anak di masa pandemi sangat banyak, diantaranya yaitu susah megatur waktu, anak dan orang tua yang tidak paham, gaptek, sinyal susah, waktu yang sempit, screen time panjang, serta koordinasi dengan sekolah yang susah.
- Dalam meNghadapi kesusahan, terkadang orang tua melakukan banyak kekeliruan seperti tidak bertanggung jawab, menanamkan keyakinan yang salah pada anak, berbohong, labelling, pelit dengan kata maaf, terima kasih ataupun menunjukkan kasih sayang, fokus pada kekurangan anak, ancaman kosong, menakut-nakuti, dll.
- Tips dalam menghadapi anak dan medidik anak dalam masa pandemi yaitu
- Orang tua dan anak membuat jadwal sehari-hari, sehingga anak akan menjalaninya dengan konsisten dan kongruen
- Berkomunikasi dan diskusi antara orang tua dengan anak, agar mencapai suatu kesepakatan dan bisa melakukan review setiap kegiatan yang sudah dilakukan.
- Sabar dan menjadi teladan bagi anak
- Membicarakan segala sesuatu kepada anak dengan lemah lembut, tetap fokus pada anak, melakukan kegiatan kecil bersama.
- Orang tua hendaknya mengembalikan fitrah anak dengan menanamkan kembali nilai-nilai iman, cara bertahan hidup, cara belajar kasih sayang, interaksi, seksualitas, dan tanggung jawab.